MASAKAN
KHAS MINANGKABAU (RENDANG)......
Rendang adalah masakan yang mengandung bumbu rempah
yang kaya. Selain bahan dasar daging, rendang menggunakan santan kelapa (karambia), dan campuran dari berbagai bumbu khas yang dihaluskan diantaranya: cabai (lado), serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut sebagai pemasak.
Keunikan rendang adalah penggunaan bumbu-bumbu alami, yang bersifat antiseptik
dan membunuh bakteri patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet alami.
Bawang putih, bawang merah, jahe, dan lengkuas diketahui memiliki aktivitas
antimikroba yang kuat. Tidak mengherankan jika rendang dapat
disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Proses memasak
rendang asli dapat menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam),
karena itulah memasak rendang memerlukan waktu dan kesabaran. Potongan daging dimasak bersama bumbu
dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk pelan-pelan hingga santan dan
bumbu terserap daging. Setelah mendidih, apinya dikecilkan
dan terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering. Memasak rendang
harus sabar dan telaten ditunggui, senantiasa dengan hati-hati dibolak-balik
agar santan mengering dan bumbu terserap sempurna, tanpa menghanguskan atau
menghancurkan daging. Proses memasak ini dikenal dalam seni kuliner modern
dengan istilah 'karamelisasi'. Karena menggunakan banyak jenis bumbu, rendang
dikenal memiliki citarasa yang kompleks dan unik.
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya
masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi
tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat, yaitu musyawarah dan
mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan
masyarakat Minang, yaitu:
1. Dagiang (daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin
Suku adat)
2. Karambia (kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum
Intelektual)
3. Lado (cabai), merupakan lambang "Alim
Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat agama
4. Pemasak (bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan
masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan
yang wajib disajikan dalam setiap perhelatan istimewa, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau
menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi Melayu, baik di Riau, Jambi, Medan atau Semenanjung Malaya, rendang adalah hidangan
istimewa yang dihidangkan dalam kendurikhitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji,
atau perhelatan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.
SEJARAH
Asal-usul rendang
ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat
Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi yang
dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan
tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat
pertamanya. Kemudian seni memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya
Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang
di Negeri
Sembilan yang banyak
dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di
Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr.
Gusti Asnan menduga,
rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai
merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16.
“Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama, rendang mungkin
menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal. Hal ini karena rendang kering sangat
awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal
kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut
dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah
dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Kelahiran rendang tak
luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari India yang
diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India. Karena diaduk terus-menerus,
rendang identik dengan warna hitam dan tidak memiliki kuah.
Rendang kian
termahsyur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau suku Minangkabau. Orang Minang yang
pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai atau berniaga, banyak di antara mereka
berwirausaha membuka Rumah Makan Padang di seantero Nusantara, bahkan meluas
ke negara tetangga hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah yang
memperkenalkan rendang serta hidangan Minangkabau lainnya secara meluas.
Rendang juga menjadi
makanan yang disajikan khusus untuk hari raya Idul Adha. Banyaknya daging
kurban membuat masyarakat Padang berlomba-lomba memasak rendang.
JENIS-JENIS
Dalam memasak daging berbumbu dalam kuah santan, jika
ditinjau dari kandungan cairan santan, sebenarnya terdapat tiga tingkat tahapan, mulai
dari yang terbasah berkuah hingga yang terkering: Gulai —
Kalio — Rendang. Dari pengertian ini rendang
sejati adalah rendang yang paling rendah kandungan cairannya. Akan tetapi
secara umum dikenal ada dua macam jenis rendang: rendang kering dan basah.
1. Rendang kering
Rendang kering adalah rendang sejati dalam tradisi
memasak Minang. Rendang ini dimasak dalam waktu berjam-jam lamanya hingga
santan mengering dan bumbu terserap sempurna. Rendang kering dihidangkan untuk
perhelatan istimewa, seperti upacara adat, kenduri, atau menyambut tamu
kehormatan. Rendang kering biasanya berwarna lebih gelap agak coklat kehitaman.
Jika dimasak dengan tepat, rendang kering dapat tahan disimpan dalam suhu
ruangan selama tiga sampai empat minggu, bahkan dapat bertahan hingga lebih
dari sebulan jika disimpan di kulkas, dan enam bulan jika dibekukan. Beberapa
kalangan berpendapat bahwa citarasa rendang asli Minang adalah yang paling
lezat dan tiada dua — jauh berbeda dengan rendang di sejumlah kawasan Melayu
lainnya.
2. RENDANG
BASAH
Rendang basah, atau lebih tepatnya disebut kalio, adalah rendang yang dimasak
dalam waktu yang lebih singkat, santan belum begitu mengering sempurna, dan
dalam suhu ruangan hanya dapat bertahan dalam waktu kurang dari satu minggu.
Rendang basah berwarna coklat terang keemasan dan lebih pucat.
Rendang juga dikenal di negara tetangga, seperti
Malaysia dan Singapura. Rendang
yang ditemukan di Malaysia lebih mirip kalio, berwarna lebih pucat dan basah dengan citarasa yang tidak
begitu kuat. Rendang Malaysia yang disebut rendang kelantan dan rendang negeri
sembilan memiliki perbedaan dengan rendang Indonesia. Proses memasak rendang di
Malaysia, lebih singkat dan melakukan pengentalan bumbu dengan dicampur kerisik (kelapa
parut yang disangrai), bukan dengan proses pemasakan dengan api kecil dalam
waktu yang lama. Karena keterkaitan sejarah melalui kolonialisasi, rendang juga
dapat ditemukan di Belanda, juga dalam
bentuk kalio, tetapi umumnya disajikan sebagai salah satu bagian dari lauk-pauk Rijsttafel.
Rendang umumnya menggunakan daging sapi, tetapi dikenal pula berbagai jenis
bahan daging lainnya yang dimasak sesuai bumbu dan cara membuat rendang.
Variasi rendang antara lain:
1. Rendang daging (Randang dagiang):
rendang daging sapi, kerbau, kambing atau domba. Adalah jenis rendang yang
paling lazim ditemukan.
2. Rendang ayam: Rendang
yang terbuat dari daging ayam
3. Rendang bebek (Randang itiak): Rendang yang terbuat
dari daging bebek
4. Rendang hati: Rendang
yang terbuat dari hati sapi
5. Rendang telur (Randang talua): Rendang yang terbuat
dari telur ayam, khas Payakumbuh
6. Rendang paru: Rendang
yang terbuat dari paru-paru sapi, khas Payakumbuh
7. Rendang ikan tongkol: Rendang yang terbuat dari ikan tongkol
8. Rendang suir: Rendang
khas Payakumbuh yang dibuat dari daging ayam atau sapi yang serat dagingnya
disuir atau diurai kecil-kecil. Rendang suir mirip abon,
akan perbedaannya adalah serat dagingnya lebih besar dan bumbu rendang
keringnya yang khas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar